PROLOG
Musim dingin sudah tiba beberapa hari lalu. Udara pun terasa
semakin dingin. Butir-butir yang beku itu melayang-layang dan menghampar di
jalanan. Kini seluruh kota diselimuti oleh hamparan warna putih yang sangat
dingin.
Nayoung
menarik setumpuk surat dari tas dan berniat untuk membaca kembali surat-surat
itu untuk kesekian kalinya sambil menikmati secangkir cappucino hangat, minuman
kesukaannya. Baginya secangkir cappucino hangat mampu menghangatkan dirinya dan
hidupnya yang super dingin ini.
"Huh”, gadis itu menghela napas panjang.
Dia diam beberapa saat. Lalu melemparkan pandangannya ke luar sisi jendela
cafe. Menatap ke arah luar cafe yang dihiasi berjejeran pohon yang telah
diselimuti salju di sepanjang jalan. Ia menatap baik-baik kristal dingin itu.
Mengamati betapa indahnya mereka.
Kini
pandangannya kembali teralihkan pada sepucuk surat yang ia pegang sejak tadi.
Surat misterius yang pertama ia dapatkan sehari setelah tiba di negara asing
tersebut. Tempat dimana ia berstatus sebagai mahasiswi baru di universitas
ternama di negara tersebut, Universitas London.
Nayoung melirik suratnya. Tertera
tanggal 12 September 2013 di surat itu. Tanpa ada nama pengirim, membuatnya
sangat penasaran. Terlebih dengan maksud isi surat itu yang ditulis menggunakan
bahasa negara asalnya. Ia yakin sejak awal berada di negara tersebut, tidak
satupun ia mengenal seseorang yang berasal dari negara yang sama dengannya. Di
negara asing tersebut, ia merasa sendiri. Namun itu mungkin hal yang wajar,
sebab ia baru beberapa bulan berada di negara tersebut, dan sepertinya ia harus
lebih beradaptasi dengan negara tersebut, terutama kebiasaan orang-orangnya.
Apakah ada yang mengenalku disini? Aaargh!!
Itu rasanya mustahil. Atau .... jangan-jangan ada yang sengaja mengikutiku jauh-jauh
dari Seoul untuk memata-mataiku! Oh, tidak !! Ini sangat mengerikan!!, pikir
Nayoung. Lalu ia melirik curiga ke sekitarnya. Hanya terlihat beberapa
pengunjung yang sedang menghabiskan waktu sore mereka di cafe itu. Tidak ada
hal yang mencurigakan memang. Kebanyakan hanya segerombolan anak sma yang
terlihat sedang asyik bercengkrama.
Nayoung
memperhatikan anak-anak tersebut. Ia merindukan saat-saat itu. Masa-masa yang
hanya ada sekali dalam hidupnya. Kenangan-kenangan manis sewaktu di sma hadir
kembali. Ia tersenyum melihat tingkah anak-anak sma tersebut. Berkumpul
bersama-sama, menghabiskan waktu santai di cafe favorit mereka. Lalu bercerita
tentang diri mereka masing-masing, atau bahkan melanjutkan cerita mereka yang
sempat terputus di sekolah tadi, yang tak lupa di hiasi dengan canda tawa yang
tidak disadari membuat sedikit keributan atau bahkan kehebohan di dalam cafe.
“Hmmm..
aku merindukan saat-saat itu”, ucap Nayoung. Ia kembali menyesap cappuccino
kesukaannya. Nikmat sekali, batinnya.
Lalu meletakkan kembali cangkirnya. Namun saat ia meletakkan cangkirnya, tak
sengaja ia menjatuhkan album foto mini miliknya yang ia letakkan di atas meja
bersama setumpuk suratnya.
Nayoung
menghela napas. Ia memundurkan kursinya dan membungkuk untuk membereskan
foto-foto yang berantakkan di atas lantai. Nayoung memang suka memotret.
Kebanyakan hasilnya foto-foto pemandangan yang ia ambil di Seoul dan juga
foto-foto saat di sma dulu.
Nayoung
menyusunnya cepat. Namun berhenti, saat ia meraih sehelai foto yang membuatnya
terdiam sesaat. Pelan-pelan ia kembali pada tempat duduknya, sambil menatap
foto tersebut, dan lebih tepatnya pada seseorang yang ada di foto itu.
Seseorang yang terlihat sedang serius membaca bukunya, yang tidak mungkin
menyadari bahwa ada orang lain yang
tengah mengambil gambarnya secara diam-diam.
“Hmmm,,
bagaimana kabarmu? Sudah lama aku tidak mendengar kabarmu. Terakhir yang ku
dengar kau melanjutkan S1 mu di Amerika. Ku harap kau lebih baik dariku”, lirih Nayoung pelan pada seseorang di
foto itu.
Di dunia ini memang takkan ada yang kekal
abadi. Seperti itulah cinta. Datang dan berlalu bagaikan mimpi. Menebar
kebahagiaan dan juga .... menggoreskan luka.
Nayoung
menyimpan kembali foto itu pada albumnya. Lalu meraih kembali surat pertama
yang belum juga ia baca sejak tadi. Anehnya, setiap ia baca surat-surat
tersebut, ingatan pada saat-saat di sma nya dulu dan juga orang-orang yang ada
di dalamnya hadir kembali.
***
0 comments:
Post a Comment